Senin, 02 Juni 2008

Kumpulan Soal

Di bawah ini adalah link untuk kumpulan soal untuk materi kewirausahaan (laporan keuangan dan businessplan) dan soal-soal komunikasi.
http://www.4shared.com/account/file/49916562/c1b3eab9/Kumpulan_Soal_Laporan_Keuangan_dan_Business_Plan.html
dan
http://www.4shared.com/account/file/49916805/1554bcf/Latihan_soal_komunikasi.html

Pls download n learn more...

Selamat mengerjakan....

Selasa, 20 Mei 2008

Materi BEP

Ini adalah link download untuk materi perhitungan break event point, silakan download disini:

http://www.4shared.com/account/file/48368637/9bfbd7db/break_event_point.html

Baca, ya... buat diskusi sabtu ini...

wass,


SI

Selasa, 18 Maret 2008

Materi kewirausahaan

Untuk Materi Kewirausahaan anda dapat download disini:

http://www.4shared.com/dir/4927185/913b2031/sharing.html

Materi Kewirausahaan

Berikut link materi kewriusahaan:

http://www.4shared.com/account/home.jsp

Rabu, 30 Januari 2008

Ingin Kaya? Hindari Sekolah!

Oleh: SetiadiIhsan


If You want to be rich don’t go to school , adalah dapat dikatakan statement pembuka jalan yang mengantarkan kesuksesan buku-buku yang ditulis oleh Robert T. Kiyosaki. Tanggapan terhadap kritikan atas pernyataan di atas dibeberkan secara tuntas oleh Kiyosaki dalam bukunya, sebut saja Rich Dad’s Rich Dad Poor Dad, Rich Dad’s Cash Flow Quadrant, Rich Dad’s Guide to Investing dan Rich Dad’s Business School.

Jika anda ingin jadi milyarder, mempunyai kebebasan waktu dan finansial, kenapa anda memasuki dunia pendidikan? Tidak harus ditafsirkan secara harfiah. Pernyataan di atas adalah sebuah kritik atas sistem pendidikan (tradisional) yang banyak melalaikan hal-hal yang sifatnya real dan dibutuhkan dalam kehidupan. Kiyosaki menyebutnya sebagai aspek yang dapat mengubah hidup, katakanlah konsep kebebasan waktu dan kebebasan (secara) finansial. Secara tegas, Kiyosaki mengkritik pendidikan tradisional dalam kaitanya dengan cara mempengaruhi aspek emosional, fisik dan spiritual.

Mengenai kedua aspek yang disebutkan di atas, saya perlu menguraikan sedikit untuk menghantarkan ke pengertian judul tulisan ini.
Secara emosional, dikeluhkan Kiyosaki, bahwa pendidikan tradisional membuat orang terus-menerus merasa takut. Secara spesifik ketakutan yang dimaksud adalah takut melakukan kesalahan, yang mengarah kepada takut gagal. Ungkapan bapak-ibu guru kita, sepertinya klise dan didengungkan secara bersamaan, “Kalau kamu tidak dapat nilai bagus, kamu tidak aakan mendapat pekerjaan dengan gaji besar.” Keadaan “takut” ini diperparah dengan adanya serangkaian hukuman atas segala kesalahan yang diperbuat siswa.

Dari aspek (yang mempengaruhi) fisik, terkait dengan aspek pertama, orang yang merasa takut melakukan kesalahan sudah pasti tidak akan belajar banyak, karena mereka tidak banyak melakukan (sesuatu). Seperti dikatakan dalam bukunya, Business School, Kebanyakan orang tahu bahwa belajar sebenarnya adalah proses fisik maupun proses mental. Membaca dan menulis adalah proses fisik, seperti halnya belajar tenis adalah proses fisik. Kalau anda telah dikondisikan untuk mengetahui semua jawaban yang benar dan atau tidak melakukan kesalahan, besar kemungkinan proses pendidikan anda akan terhalang. Bagaimana anda bisa maju kalau anda tahu semua jawaban tetapi takut mencob sesuatu???

Sejalan dengan Kiyosaki, Billi P.S Lim, penulis dari negeri Jiran, mengurai tokoh-tokoh sukses dalam berbagai bidang pada dasarnya mempunyai akar prinsip yang sama yaitu: BERANI GAGAL. “Berani Gagal” (Dare to Fail) telah menjadi buku terlaris di tahun 2000, satu intersection dengan buku-buku Kiyosaki dalam menyoroti dunia pendidikan adalah kesuksesan secara akademis belum menjamin kesuksesan yang mengubah hidup sebut saja mendapatkan kebebasan waktu dan finansial. Billi, membuktikan dalam bukunya, bahwa siswa –siawa ynag dalam dunia pendidikan tersingkirkan secara prestasi membuat sebuah perubahan yang dramatis dengan mempekerjakan mereka yang telah menyingkirkannya dulu dari Bursa (seleksi) Perguruan Tinggi dan Bursa Lapangan pekerjaan. Mereka yang tidak menujukkan prestasi akademis telah menentukan arah nyata demngan mengambil resiko dan BERANI GAGAL menjadi seorang wirausaha.

Ulasan kedua penulis megenai dunia pendidikan menginspirasi saya dalam tulisan ini untuk ikut mengkritisi dunia pendidikan, termasuk pendidikan kefarmasian.
Telah menjadi pembicaraan yang lumrah kalau kita memilih satu program studi tentunya telah dimotivasi atau setidaknya telah membekali diri dengan suatu reserve (jawaban) akan pertayaan, “ Bekerja dimana kelak?”

Farmasi adalah obat, lapangan pekerjaan nanti tidak jauh dari dunia obat katakanlah Industri farmasi, apotek atau rumah sakit. Lepas dari bidang keahlian lainya yang terkait seperti kosmetik, jamu, makanan (pangan) dan lingkungan. Tetapi mainframe fikiran kita menuju ke hal yang sama , suatu tempat untuk mencari penghidupan, DUNIA KERJA!.

“Belajar yang rajin, jangan malas!, masuk perguruan tinggi ternama, diterima di perusahaan bonafide” adalah serial mimpi,yang menurut Kiyosaki adalah sikap-mental orang miskin. Termasuk sikap-mental, “Bekerja untuk mencari uang! dan Uang yang mengendalikan Kita!” adalah racun yang merasuki fikiran kita dan membawa kepada mentalitas sebagai orang bahkan bangsa yang (tetap) miskin.

Billi P.S Lim, telah meneliti untuk bahwa untuk meraih gelar sarjan muda rata-rata orang tua menghabiskan dana sebanyak Rp.288 juta. Sementara untuk ukuran Malaysia setelah merka kembali dan mendapatkan pekerjaan merkamendapat gaji rata-rata sebesar Rp 5 juta per bulan. Jadi secara kasar kita dapat menghitung break event point atas investasi adalah mencapai 5 tahun (gross, belum dikurangi biaya hidup untuk 5 tahun). Dengan beban mengejar BEP di atas juga status, adalah wajar apabila kita ter’jebak’ dengan pemikiran MENCARI PEKERJAAN.
Namun apa kita tidak berfikir seandainya kita digaji oleh perusahan Rp. 10 juta per bulan, dan kita hanya satu dari sekian oarng pekerja, Berapa sebenarnya pemilik perusahaan mendapatkan penghasilan per bulan? Yang jelas tidak mungkin senilai Rp.10 juta.

Mentalitas orang miskin dengan pengaruh lingkungan yang begitu kuat telah menjauhkan kita untuk memikirkan terobosan-terobosan dengan mngerjakan suatu hal lain, berfikir lateral, menentang asumsi umum.

Farmasi, apa yang kita geluti, pelajari, dan ‘kepadanya’ kita menaruih harapan….sebenarnya menyediakan dan memberikan modal yang begitu besar untuk mengubah sikap mental orang miskin menunju sikap mental orang kaya. Orang kaya yang berfikiran tidak lagi memandang sebuah pekerjaan yang dilakukan (tidak sekedar) untuk mendapatkan uang, tidak lagi berpola fikir sekolah yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Serta tidak lagi memandang biaya/dana yang telah dikeluarkan sebagai suatu beban…

Satu contoh, pengetahuan Kimia Bahan Alam (Farmakognosi dan Fitokimia) yang memberikan pembekalan berupa pengetahuan serta skill mengenai bahan-bahan alam yang terkait dengan sediaan farmasi dan berbagai metoda (penafisan, pemisahan, pemurnian dan isolasi) sebenarnya merupakan peluang bagi kita untuk melakukan sesuatu, sebut saja pengolahan bahan alam (mentah) menjadi bahan baku yang dibutuhkan dunia farmasi. Apalagi bila dipadukan dengan pengetahuan dan skilllain yang didapat dari mata kuliah lain seperti kimia farmasi, analisis fisiko kimia dan sebagainya.

Pengolahan bahan alam (Agri industri) di Indonesia masih menjadi lahan ‘wira usaha’ yang belum banyak digarap. Satu kasus akar wangi yang merupakan primadona Indonesia dalam mensuplai kebutuhan atsiri dunia masih diekspor dalam bentuh bahan mentah. Juga bahan alam seperti rumput laut, Indonesia masih mengekspor rumput laut dalam bentuk Karaginan ke Filipina dan negara lain yang kan kembali ke Indonesia dalam teknologi semi refined dan refined sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan consumer goods seperti pasta gigi.

Pharmacist, dalam kasus tersebut, dengan keahlian yang dimiliknya, sebenarnya dapat berperan banyak dalam memberikan nilaitambah terhadap sector agribisnis. Kemitraan yang dapat dilakukan dengan petani, PEMDA juga investor dapat dikembangkan ke arah kewirausahaan dengan konsep terintegrasi.

Pelunag di depan mata ini, secara khusus, untuk Kabupaten Garut ditunjang dengan kekayaan bahan alam farmasi baik agraris ataupun maritime.
Kabupaten Garut sendiri PDB dan PAD-nya masih sebagian besar disumbang oleh sektor agraris. Secara makro arah enterpreunership di sector ini dapat menjadi kontribusi utama sarjana Farmasi UNIGA dalam memberikan arah dan kerangka pembangunan Kabupaten Garut dengan menjadikan dan memadukan sector agribisnis dengan agriindustri.

Ke depan, kasus, minyak atsiri yang dihasilkan Kabupaten Garut, sebut saja akarwangi tidak lagi dijual ke Medan dalam bentuk mentah (basah/kering) tetapi Garut dapat mensuplai Industri Farmasi nasional ataupun internasional dalam bentuk minyak atsiri dengan kualitas rendemen sebagimana yang ditetapkan Industri.

Dalam kaitannya dengan alternatif bagi Pharmacist dalam mengembangkan dan menguatkan perannya hendaklah ditunjang dengan system pendididkan yang menunjang ke arah tersebut. Kurikulum yang terintegrasi (kurikulum inti dan local) tidak saja menegajar kompetensi keahlian program studi tetapi dapat mencermati kebutuhan di atas. Sebagai contoh mata kuliah kewirausahaan dan sejenisnya hendaknya, sebagimana ditulis dalam Business School dapat megajarkan hal-hal seperti: sikap terhadap kesuksesan, leadership, keahlian berkomunikasi, human being, achievement motivation, manajemen uang, investasi, manajemen waktu, tanggung jawab dan sistematisasi

Akhirnya, Kalau ingin Kaya, hindari sekolah! Sudah semestinya ditafsirkan bagaimana dunia pendidikan dapat memberikan pembekalan bagi siswanya tidak saja untuk memasuki kehidupan “real” akan tetapi dapat “mengubah” dan “mewarnai” hidup ke arah yang positif.

Wallohu’alam……..

TAHUN BARU, SEMANGAT dan TANTANGAN BARU

Refleksi atas kesalahan dan kegagalan kita di tahun 2002…[1]

Oleh: Setiadi Ihsan


“Setiap orang harus pernah gagal sekali, paling tidak sebelum menginjak usia 40 tahun… Semakin parah kegagalan Anda, semakin besar peluang untuk meraih sukses di kemudian hari… Sebagian orang tua khawatir anaknya akan gagal. Saya cemas justru karena anak saya sudah berumur lebih dari 30 tahun, tetapi belum pernah gagal.”

Ungkapan di atas meluncur dari seorang tokoh Al Neuharth, pendiri USA Today yang kami kutip dari buku yang ditulis Billi P.S. Lim, Dare to Fail.
Kecemasan seorang Al Neuharth menghadapi anaknya sejalan dengan kegembiraan Bapak Achmad Bakrie, Almarhum, pendiri cikal bakal kelompok usaha Bakrie.
Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Eksekutif, 22 tahun silam, tepatnya tahun 1981, Ir. Aburizal Bakrie, Chaiman Bakrie & Brothers, menyatakan bahwa ayahnya, Bapak Achmad Bakrie pernah tertawa gembira ketika mendapatkan kabar mengenai kebangkrutan dalam usahanya.
Dalam liputan wawancara di atas, dikisahkan setelah Bapak Achmad Bakrie menertawakannya, sesuai kutipan aslinya dalam bahasa Inggris, beliau berkata, “Good, Ical, Good. I am glad that you have failed. You have to understand what failure means, in order to succeed. People who never failed, will never succeed.”

Terkadang kita begitu khawatir akan kegagalan hingga berupaya sekuat tenaga untuk menghindarinya. Padahal Kegagalan, masih dalam buku yang sama, Dare to Fail, Billi P.S. Lim mengungkapkan, “Setiap kegagalan itu pelajaran yang memotivasi orang untuk mencoba pendekatan baru yang belum pernah dicoba sebelumnya”. Lebih lanjut Billi P.S. Lim mengatakan,”Jika anda telah mencoba dan menemui kegagalan; jika anda telah merancang dan menyaksikan rancangan anda hancur di depan mata; ingat saja bahwa tokoh-tokoh besar dalam sejarah semuanya menjadi besar karena keberanian, dan keberanian, tahukah anda, lahir dalam buaian kesusahan.

Anda pasti mengenal setidaknya pernah mendengar nama Bill Gates, pendiri dan pemilik Microsoft, sekarang ia merupakan orang terkaya di Amerika, padahal umurnya baru 30-an. Bill Gates adalah contoh orang yang gagal dalam pendidikan, merupakan drop out dari sebuah universitas.
Tidak jauh-jauh di Indonesiapun, Sony Sugema merupakan contoh orang yang gagal dalam pendidikan namun ‘kegagalan’ di atas justru memicunya untuk membantu masyarakat luas khususnya para siswa di sekolah lanjutan atas untuk memperbesar peluang kuliah di perguruan-perguruan tinggi terbaik di Indonesia dengan Soy Sugema College-nya.

Masyarakat kita begitu menghargai dan menempatkan orang-orang yang berhasil dalam pendidikan dalam kedudukan yang terhormat. Sampai-sampai karena gelar tertentu sebagaian masyarakat kita berani mengeluarkan sejumlah uang sebagai harga dari gelar yang akan disandangnya. Demikian juga penghargaan bagi sebuah pekerjaan. Ibu-Bapak kita begitu bersemangat untuk menghantarkan kita kepada suatu pekerjaan dan salah satu usahanya dengan menyekolahkan kita ke tingkat pendidikan setinggi mungkin.

Dalam hal pekerjaan ini, banyak negara yang menempatkan sektor lapangan pekerjaan sebagai proritas utama, bahkan ada negara yang dikudeta, karena tidak memberikan pekerjaan kepada rakyatnya.

Masyarakat kita telah digiring kepada sebuah pemikiran di mana orang yang tidak mempunyai pekerjaan dipandang hina.
Jika ada seorang anak menganggur di rumah tanpa mendapatkan pekerjaan dalam jangka waktu yang agak lama, pihak orangtua cenderung menekannya sehingga si anak itu terpakasa mencoba mendapatkan sembarang pekerjaan yang ada[2]

Kalau kita coba menghitung biaya pendidikan, jangan jauh-jauh di UNIGA biaya untuk menyelesaikan perkuliahan selama 8 semester orang tua kita perlu membelanjakan uang sampai sebanyak Rp. 4 juta per semester atau Rp. 32 juta rupiah untuk empat tahun masa perkuliahan. Pengeluaran ini terdiri dari uang perkuliahan, praktikum, tugas akhir dan biaya hidup selama kuliah, belum termasuk support orang tua terhadap kebutuhan lainnya dari mahasiswa. Jumlah ini akan jauh lebih besar kalau dihitung biaya pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak. Uang Rp. 32 juta ini kalau kita hitung waktu pengembalian apabila kita bekerja, misal standar gaji apoteker baru (MBA) untuk di daerah adalah sekitar 500 ribu rupiah per bulan atau Rp. 6 juta per tahun, sehingga memerlukan waktu 6 tahun dalam pengembaliannya.

Kuatnya pola pandang dalam hal pekerjaan seperti di atas sering berdampak pada salah kaprahnya dalam memandang sebuah proses pendidikan. Satu contoh begitu dominannya nilai perkuliahan dalam kegiatan pendidikan telah berdampak pada upaya potong kompas dari mahasiswa untuk mendapatkan nilai yang bagus dengan harapan dapat segera selesai meraih gelar sarjana sebagai modal dalam mendapatkan pekerjaan. Walaupun nilai yang diraih diperoleh dengan cara-cara yang jauh dari sebuah nilai pendidikan.
Al-hasil, nilai tiak lagi menggambarkan evaluasi dari sebuah proses pendidikan dalam arti pemahaman dari sebuah wawasan atau pengetahuan yang diajarkan.

Hal ini dapat terjadi karena kesalahan kita dalam memandang bahwa nilai jelek yang diperolaeh dalam sebuah perkuliahan adalah sebuah kegagalan dan nilai atau IP yang bagus adalah sebuah kesuksesan. Padahal kalau kita melihat contoh atau kasus orang-orang ternama seperti di atas, kita memahami bahwa kegagalan bukan merupakan akhir dari sebuah proses justru merupakan pelajaranm berharga dalam rangka meperbaiki diri menuju tangga kesuksesan hakiki.

Dalam buku Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, mengajarkan kepada kita bahwa untuk menjadi sorang yang sukses tegasnya menjadi seorang kaya raya, adalah hal yang salah kalau kita menempuh jalur sekolah. Hal ini dapat dimaklumi ketika sekolah hanya dijadikan ajang batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaaan. Dengan membandingkan pola pandang orang kaya dan orang miskin, Kiyosaki membuktikan justru orang kaya tidak sekolah untuk bekerja dan tidak bekerja untuk uang.

Dalam bukunya yang lain, Business School, Kiyosaki menggambarkan bagaimana pendidikan sekolah tradisional dapat mempengaruhi sikap mental (aspek emosional) yang nota bene sangat tidak disukai oleh penulis buku tersebut. Dalam bukunya itu dijelaskan bahwa pendidikan tradisional hanya membuat orang terus-meneru takut… secara lebih spesifik, takut melakukan kesalahan, yang mengarah kepada takut gagal. Bukannya memberi dorongan supaya belajar, guru justru menggunakan rasa takut gagal untuk memotivasi siswa. Lebih lanjut Kiyosaki memberikan contoh komentar berkaitan dengan hal ini, “ Kalau kamu tidak mendapat nilai bagus, kamu tidak akan mendapat pekerjaan dengan gaji besar.” Diapun mengisahkan bahwa di sekolah, biasanya siswa dihukum karena melakukan kesalahan. Di sekolah, secara emosional belajar untuk takut melakukan kesalaahan. Masalahnya , dalam dunia nyata, orang-oarang yang maju adalah yang melakukan kesalahan terbanyak dan belajar dari kesalahan itu.

Robert Kiyosaki yang meraih kebebasan finansial pada umur 40 tahun, mengatakan bahwa dirinya berlimpah uang bukan karena lebih pandai secara akademis tetapi karena dirinya telah melakukan banyak kesalahan, dan belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut. Dalam gaya repetisinya, Kiyosaki lebih lanjut membeberkan kisahnya, “Saya kemudian terus melakukan banyak kesalahan... dan saya berharap akan melakukan lebih banyak kesalahan… dan saya berharap akan melakukan lebih banyak kesalahana pada masa yang akan datang…..sementara kebanyakan orang berusaha keras keras untuk tidak lagi melakukan kesalahan dalam masa depan mereka ……itulah kami mempunyai masa depan yang berbeda.”
“Anda tidak dapat memperbaiki masa depan kalau anda anda tidak bersedia melakukan sesuatu yang baru dan mengambil resiko untuk melakukan kesalahan serta belajar darinya.”[3]

Kembali kepada kegagalan (usaha) pertama dari salah satu pewaris Bakrie Brothers yang didirikan pada tahun 1942, sebagaimana tersebut di atas, hendaknya menjadi pelajaran berharga ketika kita menyaksikan sepak terjangnya meneruskan usaha sang ayah hingga mengantarkannya menjadi salah satu perusahaan besar di Indonesia, termasuk meloloskannya dari terpaan krisis dengan tuntasnya program Restrukturisasi Hutang Bakrie.

Cerita serta nilai-nilai di atas hendaknya menjadi bahan perenungan kita dalam memasuki tahun baru 2003 dalam rangka mengevaluasi hasil studi, aktivitas, kerja atau program bahkan ambisi yang kita canangkan pada tahun sebelumnya.

Tidak ada kamus sedih atau putus asa ketika raport kita merah padam. Nilai UTS kita anjlok habis, ataupun asmaraloka kita kandas, dan sejumlah kegagalan lainnya. Kegagalan merupakan awal kesuksesan ketika kita terus mencoba dan mencoba untuk senantiasa bangkit darinya.

Pemikir kreatif menyadari nilai professional kesalahan, dan kekeliruan. Sejarah penemuan dipenuhi orang yang terbiasa dengan asumsi salah dan gagasan yang gagal sebagai batu loncatan mendapatkan ide baru. “Kegagalan adalah peluang untuk memulai lebih pintar”. Demikian nasehat pendiri Ford Motor, Henry Ford yang sebelumnya adalah pekerja magang sebagai montir di suatu bengkel, dan pada malam hari bekerja di toko permata dengan tugas membersihkan jam.

Kita kadang menilai kesuksesan seseorang dari apa yang jelas terlihat sekarang, padahal proses panjang lagi berbelit yang mendahuluinya jarang kita hiraukan. Benar kata Soichiro Honda, “Apa yang dilihat orang terhadap kesuksesan saya hanya 1 %, tapi yang tidak terlihat 99%, yakni kegagalan saya “.

Kalau kita mengetahui dan dapat mengungkapkan kesuksesan teman mahasiswa kita karena meraih Indeks Prestasi yang sangat tinggi, apakah kita juga mengetahui serangkaian proses yang telah ditempuh oleh teman kita itu termasuk kegagalan-kegagalan yang telah menyertai kesuksesan teman kita, namun sayangnya kita tidak mau tahu ….

(Wallohu ‘alam)



[1] Disampaikan pada: Studium Generale bagi Mahasiswa Farmasi Uniga semester 3 dan 5, Tgl. 10 Jan 2002
[2] Dare To Fail, Billi P.S. Lim, P 130
[3] Business School, Robert T. Kiyosaki, p.18

Pertanyaan Wawancara Kerja: Apa yang Paling Cepat

(Ini saya ambil dari blog tetangga, sorry lupa lagi alamatnya...)

Seorang manager HRD sedang menyaring pelamar untuk satu lowongan di kantornya. Setelah membaca seluruh berkas lamaran yang masuk, dia menemukan 4 orang calon yang cocok. Dia memutuskan memanggil ke-4 orang itu dan menanyakan 1 pertanyaan saja.

Jawaban mereka akan menjadi penentu apakah akan diterima atau tidak.Harinya tiba dan ke-4 orang itu sudah duduk rapi di ruangan interview. Si Manager lalau mengajukan 1 pertanyaan: setahu Anda, apa yang bergerak paling cepat?

Kandidat I menjawab, "PIKIRAN. Dia muncul begitu saja di dalam kepala, tanpa peringatan, tanpa ancang-ancang. Tiba-tiba saja dia sudah ada. Pikiran adalah yang bergerak paling cepat yang saya tahu"."Jawaban yang sangat bagus", sahut si Manager. "Kalau menurut Anda?", tanyanya ke kandidat II."Hm....KEJAPAN MATA! Datangnya tidak bisa diperkirakan, dan tanpa kita sadari mata kita sudah berkejap. Kejapan mata adalah yang bergerak paling cepat kalau menurut saya""Bagus sekali! Dan memang ada ungkapan 'sekejap mata' untuk menggambarkan betapa cepatnya sesuatu terjadi". Si manager berpaling ke kandidat III, yang kelihatan berpikir keras."NYALA LAMPU adalah yang tercepat yang saya ketahui", jawabnya, "Saya sering menyalakan saklar di dalam rumah dan lampu yang di taman depan langsung saat itu juga menyala"Si manager terkesan dengan jawaban kandidat III. "Memang sulit mengalahkan kecepatan cahaya", pujinya.Dilirik oleh sang manager, kandidat IV menjawab, "Sudah jelas bahwa yang paling cepat itu adalah MENCRET""APA???!!!", seru sang manager yang terkaget-kaget dengan jawaban yang tak terduga itu."Oh saya bisa menjelaskannya", kata si kandidat. "Dua hari lalu kan perut saya mendadak mules sekali. Cepat-cepat saya berlari ke toilet. Tapi sebelum saya sempat BERPIKIR, MENGEJAPKAN MATA atau MENYALAKAN LAMPU, saya sudah berak di celana"Tentu saja kandidat terakhir yang diterima...

Selasa, 08 Januari 2008

Silabus KEWIRAUSAHAAN

KEWIRAUSAHAAN
2 SKS, Wajib


Dampak yang diharapkan, setelah diperoleh materi kewirausahaan mahasiswa dapat:

  • Memiliki wawasan yang lebih luas dalam kaitannya dengan dunia usaha dan kedudukannya sebagai pengusaha / entrepreneur;
  • Memiliki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan dan memanfaatkan peluang usaha dengan dasar wawasan manajemen dan kewirausahaan.
  • Memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik dalam identifikasi dan pengelolaan sebuah usaha dengan memanfaatkan potensi secara internal (personel assesment) dan eksternal (SDA dan Kemitraan Usaha).

MATERI

  • Dasar-dasar Kewirausahaan: Mengenal dan memahami definisi kewirausahaan, mendeskripsikan profil wirausahawan, mendeskripsikan kelebihan dan keurangan dalam kewirausahaan, Mengenal aspek kepemimpinan dalam kewirausahaan, mendeskripsikan perannya wirausaha dalam perekonomian nasional
  • Personal Assesment: Mengenal potensi diri yangdapt dikembangkan sebagai wirausaha, mengenal karakter wiraushawan, manajemen perubahan (mindsetting)
  • Menyusun Rencana Bisnis: Mengenal arti penting rencana bisnis dalam sebuah usaha, Mengenal dan memahami unsur-unsur penyusunan rencana bisnis, memahami praktek penyusunan rencana usaha
  • Dasar-Dasar Laporan Keuangan: Mengenal dan memahami Laporan Keuangan mulai dari arus kas, neraca dan laporan rugi-laba.

Prasyarat :

Pengajar : Setiadi Ihsan, S.Si, M.Si

Pustaka:

Kewirausahaan: Teoti dan Praktek, Seri Manajemen No.97, G.M Geofrey, et all, terjemahan Andre Asparsayogi, LPPM, cet. Ke-4, 1995

Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, Scarborouugh Z., Prenhalindo, Jakarta, 1998